“Green Building”, Bangunan ramah lingkungan syaratkan efisiensi
Postingan kali ini, saya membahas mengenai artikulasi
dan pemahaman mengenai apa itu Green Building, dan apa saja langkah-langkah
yang harus diambil untuk mendukung konsep ramah lingkungan ini. Ini ada
penjelasan yang saya dapat dari harian Kompas dan sumber lainnya, semoga bermanfaat.
“Poin terbesar dalam konsep ini adalah penghematan air
dan energi serta penggunaan energi terbarukan,” kata Rana Yusuf Nasir dari
Ikatan Ahli Fisika Bangunan Indonesia (IAFBI), sebagai salah satu pembicara dalam
diskusi panel “Pemanasan Global-Apa yang Dapat Dilakukan Dunia Properti?”,
Jumat (24/8) di Jakarta.
Menurut Rana, di Indonesia akses energi terbarukan
masih lemah. Suplai energi listrik untuk properti hanya mengandalkan PT
Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang belum menggunakan sumber energi
terbarukan.
Di Amerika Serikat, lanjut Rana, berbagai perusahaan
penyuplai energi listrik dengan berbagai pilihan bahan bakar, termasuk bahan
bakar terbarukan. Pengembang yang memilih energi listrik dari sumber terbarukan
akan memperoleh poin terbesar dalam konsep green building.
(Konsep bagaimana bangunan yang ramah lingkungan itu
yang sebenarnya)
Pembicara dalam diskusi panel tersebut di antaranya
Yandi Andri Yatmo (Ikatan Arsitek Indonesia-Jakarta), Meiko Handoyo (Dewan
Pimpinan Daerah Real Estat Indonesia-Jakarta), Simon Molenberg (Director
Tourism, Real Estate and Construction Asia Region), dan Stephanus D Satriyo
(Asosiasi Manajemen Properti Indonesia).
Di banyak negara, bagi Meiko, penerapan konsep green
building terbukti menambah nilai jual. Namun, di Indonesia masih butuh proses
edukasi panjang. Di Indonesia bahkan muncul kerancuan bahwa bangunan ramah lingkungan itu mahal, sulit, dan tidak feasible secara bisnis.
“Para pengelola gedung sebagai pengguna energi cukup
besar kini memiliki tanggung jawab mengurangi pemanasan global dengan cara-cara
menghemat energi, air, bahan bakar, dan sebagainya,” kata Satriyo. Kegiatan
diskusi panel yang difasilitasi PT Colliers International Indonesia dan PT
Cisco System Indonesia itu sekaligus untuk mengenalkan acuan green building
melalui konsep Leadership in Energy and Environtmental Design (LEED).
Menurut Rana, penerapan konsep LEED pada hakikatnya
sebagai upaya pemberian penghargaan atas karya properti ramah lingkungan atau yang memegang konsep green building. Konsep LEED
memperkenalkan 85 poin penilaian yang memiliki peringkat tersertifikasi,
silver, gold, dan platinum.
Efisiensi
(Salah satu contoh gerakan penghijauan, masih dirasa
kurang efisien)
Menurut Rana, yang juga menjadi Ketua Himpunan Ahli
Tata Udara dan Refrigerasi tersebut, penerapan LEED untuk pembangunan properti
juga mensyaratkan secara mutlak beberapa hal, seperti efisiensi penggunaan air,
penggunaan energi secara minimum, atau upaya perlindungan lapisan ozon.
Sementara itu, menurut Rana, pemilik atau pembangun
properti di Indonesia hingga sekarang belum ada yang memiliki sertifikasi LEED.
Beberapa negara, seperti India, China, Dubai, dan Vietnam, juga sudah cukup
banyak menerapkan konsep LEED. Sertifikasi LEED pada awalnya dirumuskan Green
Building Council Amerika Serikat.
Menurut Yandi, dunia pendidikan dan profesi arsitektur
selama ini cenderung melihat arsitektur sebagai bangunan yang berdiri sendiri. “Kita perlu memperluas
pengertian tentang arsitektur ini. Tolok ukur green building membuka kesempatan
untuk menempatkan bangunan dalam jaringan yang lebih luas, terkait aspek-aspek
iklim, sumber daya alam, sosial, dan budaya,” kata Yandi Andri Yatmo.
Menurut dia, “Pendidikan berperan penting dalam
pemahaman tentang sustainability.” Isu utama menyangkut bangunan ramah lingkungan, kata Yandi, di antaranya adalah membangun hanya yang
diperlukan dan tidak menggunakan lebih dari yang diperlukan, menganut prinsip
keterkaitan, serta memandang profesi arsitek sebagai “pengurus bumi” (steward
of the earth).
(Solar Dezhou, bangunan yang menggunakan energi
matahari untuk sistem pencahayaannya)
Strategi desain yang dapat diterapkan antara lain,
tambah Yandi, pemanfaatan material berkelanjutan, keterkaitan dengan ekologi
lokal, keterkaitan antara transit dan tempat tinggal, rekreasi dan bekerja,
serta efisiensi penggunaan air, penanganan limbah, dan mengedepankan kondisi
lokal baik secara fisik maupun secara sosial.
Mengapa Penghijauan itu
Penting?
Pertanyaan ini pastinya ada dibenak kita, kenapa
penghijauan itu penting. Sebenarnya alasan itu sungguh banyak dan tak mungkin
dijelaskan satu-persatu secara rinci. Namun, berhubung kita lagi membahas
bangunan ramah lingkungan, akan saya jabarkan mengapa penghijaun itu penting
bagi bangunan dan manusia didalamnya.
Ada beberapa alasan mengapa Bangunan Ramah Lingkungan
sangat penting.
1.
Green Building menghemat energi. Hal ini
dipengaruhi oleh desain bangunan, ventilasi udara, penggunaan solar panel.
2.
Penggunaan air yang lebih hemat. Seluruh
sistem yang menggunakan air, terutama pada toilet, didesain menghemat
penggunaan air, seperti flush pada toilet, teknologi water sense pada dish
washers, dan masih banyak lagi.
3.
Green Building menyehatkan untuk manusia.
Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kelembaban udara, ventilasi yang sangat
memadai, dan filtrasi udara.
4.
Green Building mengurangi sampah / limbah
yang ditimbulkan manusia. Hal ini dikarenakan, hampir seluruh bahan bangunan
yang digunakan berasal dari daur ulang yang dimana ini memenuhi konsep
penyelamatan lingkungan yang sangat sederhana, yaitu Reduce, Reuse, dan
Recycle.
5.
Green Building berperan mengurangi emisi
karbon. Dari poin-poin ke-4 diatas, semuanya berperan dalam mengurangi
emisi karbon yang dibuang. Sebagai contoh, kaca pada kaseluruhan bangunan, dan
penggunaan solar panel, secara otomatis mengurangi tingkat penggunaan
listrik yang dihasilkan pembangkit tenaga listrik yang membutuhkan begitu banyak
bahan bakar, dan menghasilkan polusi udara.
Apa Itu Bangunan Ramah Lingkungan?
Konsep green
building atau bangunan ramah lingkungan didorong
menjadi gaya dunia bagi pengembangan properti saat ini, karena bangunan ramah
lingkungan ini memiliki kontribusi dapat menahan laju pemanasan global dengan
membenahi iklim mikro.
Fakta akibat pemanasan global menyebabkan terus berkembangnya produk industri dalam dunia arsitektur dan bahan bangunan saat ini. Green building adalah suatu praktek membuat struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang seefisien mungkin di seluruh siklus hidup suatu bangunan, dari saat mendesain, melakukan konstruksi, membangun, memelihara bangunan, melakukan renovasi dan dekonstruksi bangunan. Konsep green building sendiri menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan air, energi, dan material bangunan.
Green building dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan dampak bangunan baru terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Sebagai contoh, memanfaatkan sinar matahari melalui teknik tenaga surya atau menggunakan tanaman dan pohon-pohon kecil sebagai atap bangunan sehingga terlihat hijau.
Desain green building akan memperhatikan banyaknya ruang terbuka untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami, sedikit mungkin menggunakan penerangan lampu dan AC pada siang hari. Selain itu, akan diperhatikan juga bahwa bangunan tersebut hemat energi, membatasi lahan terbangun, sederhana, memiliki mutu yang baik, efisiensi material serta material yang digunakan ramah lingkungan. Rancangan umum saat ini adalah atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap yang memiliki nilai ekologis tinggi, yaiktu mengurangi suhu udara dan pencemaran serta menambah ruang hijau.
Penggunaan material bahan bangunan yang tepat juga berperan besar dalam menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan. Beberapa produsen bahan bangunan telah membuat produk dengan inovasi baru yang meminimalkan terjadinya kontaminasi lingkungan, mengurangi pemakaian sumber daya alam yang tak terbarukan, dan menghemat penggunaan energi secara keseluruhan.
Kesimpulannya adalah, konsep green building yang dikembangkan saat ini akan menjaga lingkungan tetap hijau, selaras, dan harmonis dengan mereka yang tinggal di dalamnya.
Fakta akibat pemanasan global menyebabkan terus berkembangnya produk industri dalam dunia arsitektur dan bahan bangunan saat ini. Green building adalah suatu praktek membuat struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang seefisien mungkin di seluruh siklus hidup suatu bangunan, dari saat mendesain, melakukan konstruksi, membangun, memelihara bangunan, melakukan renovasi dan dekonstruksi bangunan. Konsep green building sendiri menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan air, energi, dan material bangunan.
Green building dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan dampak bangunan baru terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Sebagai contoh, memanfaatkan sinar matahari melalui teknik tenaga surya atau menggunakan tanaman dan pohon-pohon kecil sebagai atap bangunan sehingga terlihat hijau.
Desain green building akan memperhatikan banyaknya ruang terbuka untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami, sedikit mungkin menggunakan penerangan lampu dan AC pada siang hari. Selain itu, akan diperhatikan juga bahwa bangunan tersebut hemat energi, membatasi lahan terbangun, sederhana, memiliki mutu yang baik, efisiensi material serta material yang digunakan ramah lingkungan. Rancangan umum saat ini adalah atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap yang memiliki nilai ekologis tinggi, yaiktu mengurangi suhu udara dan pencemaran serta menambah ruang hijau.
Penggunaan material bahan bangunan yang tepat juga berperan besar dalam menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan. Beberapa produsen bahan bangunan telah membuat produk dengan inovasi baru yang meminimalkan terjadinya kontaminasi lingkungan, mengurangi pemakaian sumber daya alam yang tak terbarukan, dan menghemat penggunaan energi secara keseluruhan.
Kesimpulannya adalah, konsep green building yang dikembangkan saat ini akan menjaga lingkungan tetap hijau, selaras, dan harmonis dengan mereka yang tinggal di dalamnya.
Pendekatan Umum Untuk Merancang Green
Building
Salah satu pendekatan umum yang dapat digunakan untuk
merancang green
building adalah sebagai berikut:
Langkah pertama: “To Know Where You Are”
Langkah pertama adalah mengenali lokasi tempat Anda tinggal. Langkah ini mempertanyakan bagaimana kualitas lingkungan hidup di sekitar Anda dan bagaimana kemungkinan tingkat kualitas hidup yang akan dapat dicapai.
Langkah kedua: “Size Does Matter”
Berlawanan dengan pandangan umum bahwa semakin besar ruangan semakin baik bagi penggunanya, terutama pada bangunan rumah tinggal, pada pendekatan green building tidak selalu demikian. Ruangan yang lebih besar tidak lebih baik, karena makin kecil bangunan maka akan makin lebih baik kontrol aspek lingkungan terhadap bangunan tersebut.
Langkah ketiga: “Make Sure Yourself”
Langkah ketiga adalah menyadari dan meyakinkan diri kita sendiri bahwa kita memang ingin membangun bangunan yang ramah lingkungan. Kesadaran ini menjadi salah satu faktor penting karena akan membantu kita fokus pada usaha perancangan yang realistis, dalam artian melakukan penghematan energi dan perlindungan terhadap berbagai sumber alam yang akan dipakai.
Langkah keempat: “Learn The Alternative Way”
Langkah keempat lebih banyak bersifat teknis, yaitu mempelajari alternatif metode membangun dan menggunakan material yang tepat guna serta ramah lingkungan.
Langkah pertama: “To Know Where You Are”
Langkah pertama adalah mengenali lokasi tempat Anda tinggal. Langkah ini mempertanyakan bagaimana kualitas lingkungan hidup di sekitar Anda dan bagaimana kemungkinan tingkat kualitas hidup yang akan dapat dicapai.
Langkah kedua: “Size Does Matter”
Berlawanan dengan pandangan umum bahwa semakin besar ruangan semakin baik bagi penggunanya, terutama pada bangunan rumah tinggal, pada pendekatan green building tidak selalu demikian. Ruangan yang lebih besar tidak lebih baik, karena makin kecil bangunan maka akan makin lebih baik kontrol aspek lingkungan terhadap bangunan tersebut.
Langkah ketiga: “Make Sure Yourself”
Langkah ketiga adalah menyadari dan meyakinkan diri kita sendiri bahwa kita memang ingin membangun bangunan yang ramah lingkungan. Kesadaran ini menjadi salah satu faktor penting karena akan membantu kita fokus pada usaha perancangan yang realistis, dalam artian melakukan penghematan energi dan perlindungan terhadap berbagai sumber alam yang akan dipakai.
Langkah keempat: “Learn The Alternative Way”
Langkah keempat lebih banyak bersifat teknis, yaitu mempelajari alternatif metode membangun dan menggunakan material yang tepat guna serta ramah lingkungan.
Semoga dengan penjabaran tadi, kita bisa lebih
memahami apa tujuan dari penghijauan itu sebenarnya. seluruh data yang ada saya
ambil dari beberapa sumber media yang cukup dipercaya.
(sumber:regarzworld.wordpress:24 januari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar